PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN KENTANG

PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN KENTANG

1.     Hama dan Penyakit Tanaman Kentang
a.       Fusarium oxysporum
Fusarium oxysporum adalah penyakit penyebab busuk batang pada tanaman ketang. Penyakit ini berkembang pesat jika tanah bersuhu tinggi, antara 230C-330C denan suhu optimumnya 280C, serta kelembaban tinggi.
Gejala serangan penyakit layu Fusarium ini warna tulang daun sebelah atas memucat, kemudian tangkai daun merunduk, dan akhirnya tanaman layu secara keseluruhan (Alexopoulos, et al. 1996).
b.      Thrips palmi
Gejala kerusakan karena trips dapat berat sekali bila cuaca kering. Kerusakan secara langsung terjadi karena trips mengisap cairan daun. Daun terserang berwarna keperak-perakkan atau kekuning-kuningan seperti perunggu pada permukaan bawah daun. Karena cairan sel diisap daun menjadi berkerut. Serangan berat dapat mengakibatkan semua daun mengering lalu mati.
c.       Phytophthora infestan
Penyakit yang menyebabkan hawar daun kentang dan busuk kentang. Penyebaran spora/ patogen kapang melalui angin, air atau serangga. Jika spora sampai ke daun basah, ia akan berkecambah dengan mengeluarkan zoospora atau langsung membentuk tabung kecambah, kemudian masuk ke bagian tanaman, dan akhirnya terjadi infeksi. Spora yang jatuh ke tanah akan menginfeksi umbi, dan pembusukannya bisa terjadi di dalam tanah atau di tempat penyimpanan (Alexopoulos, et al., 1996 ).
d.         Liriomyza huidobrensis
Liriomyza huidobrensis. Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm, fase imago betina 10 hari dan jantan 6 hari. Telur berukuran 0,1- 0,2 mm, berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian epidermis daun. Larva berukuran 2,5 mm, tidak mempunyai kepala atau kaki. Pupa terbentuk di dalam tanah. Larva akan merusak tanaman dengan cara menggorok daun sehingga yang tinggal bagian epidermisnya saja. Serngga dewasa merusak dengan menusukkan ovipositornya saat meletakan telur dan mengisap cairan daun.
e.          Nematoda Sista Kentang

2.      Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Kentang
a.       Menggunakan Bakteri Katanolitik
Bakteri katanolitik dapat menghambat pertumbuhan Fusarium. Bakteri mengeluarkan semacam metabolit sekunder penghambat kapang.
b.      Menggunakan Pestisida Biorasional
Pestisida biorasional mampu menggantikan peranan pestisida sintetik Deltametrin 2.5 EC 0,2% dalam populasi dan kerusakan tanaman kentang akibat serangan T. palmi.
c.       Menggunakan Trichoderma spp.
Trichoderma spp. merupakan jamur asli tanah yang bersifat menguntungkan karena mempunyai sifat antagonis yang tinggi terhadap jamur-jamur patogen tanaman budidaya. Mekanisme pengendalian yang bersifat spesifik target dan mampu meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan tersendiri bagi jamur Trichoderma spp. ini sebagai agen pengendali hayati. Pemanfaatan Trichoderma spp. sebagai agen pengendali hayati jamur patogen Phytopthora infestans merupakan salah satu alternatif penting untuk mengendalikan jamur pathogen tersebut tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Uji antagonisme secara in vitro menunjukkan bahwa jamur antagonis spesifik lokasi Trichoderma sp. berpotensi menghambat pertumbuhan jamur patogen Phytophthora infestans.
d.      Budidaya yang baik dan benar
1.     Sebelum Tanam
Pemilihan varitas kentang yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit serta mempunyai produksi yang tinggi misalnya varietas Granula, Catella dll. Gunakan bibit dengan ukuran sedang yaitu dengan berat 30 – 45 gram perumbi.
2.       Waktu Tanam
Bisa dilaksanakan sepanjang tahun. Persiapan Lahan Tiga hari sebelum tanam, tanah harus benar-benasr gembur dan pembuatan bedengan dengan lebar 60 dan saluran antar bedengan 20 cm. Taburkan pupuk kandang di atas tanah, Kemudian ditutup dengan lapisan tanah setebal 25 cm. Berikan pupuk dasar dalam guritan sebanyak ZA 200 kg, TSP 300 kg/SP 36, KCL 150 kg hektar kemudian ditutup dengan tanah setebal 3 – 5 cm. Jarak tanam 35 cm dengan jumlah bibit satu per lubang.
3.       Setelah Tanam
·         Awal Pertumbuhan (0 – 15 hari)
Pengguludan pertama dengan cara mengambil tanah pada bedengan disebelahnya kemudian diguludkan, dilakukan penyiangan dan penyiraman.
·         Fase Vegetatif (15 – 45 hari)
Pengguludan kedua, didahului dengan pemupukan ke dua, dengan pemupukan 200 kg ZA. Pertumbuhan tanam sangat penting pada saat ini karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan berikutnya. Fase ini sangat peka terhadap serangan jamur Phytopthora infestan.
·         Fase pembentukan Umbi ( 45 hari – panen)
Memperbaiki saluran drainase supaya tanaman tidak tergenang. Fase ini sangat peka terhadap serangan jamur Phytophora dan bakteri Pseudomonas solonacearum.
·         Panen tanaman kentang dapat dilihat dengan ciri-ciri batang sudah berwarna kuning, daun sudah mati umbi yang didalam tanah sudah tidak terkelupas kulitnya apabila di ambil dari dalam tanah.
e.       Menggunakan Pestisida Botani
Campuran biotoksin dari tanaman Azadirachta indica, Andropogon nardus, Alpinia galanga, campuran Tithonia diversifolia, A. nardus, A. galanga memiliki potensi pengendalian terhadap bermacam-macam OPT pada tanaman kentang (Hadisoeganda dan Udiarto, 1998).
f.       Pengendalian Nematoda Terpadu
1.            Pratanam (Sebelum Tanam)
a.             Pilih lahan calon budidaya kentang yang bebas NSK, atau populasi awal NSK dalam lahan jumlahnya di bawah ambang ekonomi. Untuk sementara diadopsi data dari Jepang yaitu 31 sista hidup per 100 g tanah (Inagaki et al. 1973 dalam Barker dan Olshof 1976). Sanitasi kebun : lahan calon kentang dicangkul sedalam tanah olah (30 cm), bongkahan tanah dihancurkan, semua perakaran diangkat dan dibakar. Pekerjaan tersebut dilakukan 2 atau 3 kali dan tanah dibiarkan terkena sinar matahari. Selain itu penyiangan terhadap gulma harus dilakukan sebersih mungkin terutama gulma dari keluarga Solanaceae.
b.             Pupuk organik yang digunakan harus sudah terdekomposisi sepenuhnya. Berdasarkan penelitian, berbagai pupuk organik,khususnya pupuk hijau kubis (cabbage green manure), meals and oilcakes, mustard oilcakes, tahi gergaji (saw dust), pupuk dari halaman(farm yard manure), kompos (compost) dan kemungkinan bahan organik lain mampu menekan populasi Globodera spp. Melalui berbagai mekanisme seperti menekan pelepasan larva dari dalam sista, menekan perkembangan nematoda dalam jaringan akar, meningkatkan musuh alami nematoda, meningkatkan ketahanan akar terhadap serangan nematoda dan mekanisme lainnya (Sitaramaiah 1990).
c.              Bibit harus bebas dan berasal dari pembibitan yang bebas NSK.
d.             Menanam varietas / kultivar yang tahan / toleran terhadap NSK.
e.              Berdasarkan hasil peneltian dari luar negeri, bermacam – macam varietas kentang seperti Marion, Culpa, Elvira, Gitte, Vevi, Aula, Filli tahan terhadap NSK biotipe A, sedangkan Cordia tercatat tahan terhadap NSK biotipe B. Penelitian lain mencatat bahwa varietas Granola, Miranda, Renema dan Alexa tahan terhadap NSE biotipe A. selain itu varietas Herold, Pirola dan Dextra tercatat tahan juga
terhadap NSK biotipe A (Kratzig 1974, 1975, 1977, semua dalam Jensen et al. 1979).
f.              Pengolahan tanah yang baik ini disertai dengan sanitasi kebun dari sumber – sumber inokulum NSK. Pengolahan tanah dilakukan sedemikian rupa sehingga bongkah – bongkah tanah terpecah, NSK terekspose keluar dari pori – pori tanah, terkena sinar matahari sehingga lebih mudah nantinya dikendalikan dengan taktik – taktik lainnya.
g.              Rotasi tanaman : menanam jenis tanaman yang tahan atau bukan inang NSK, digilirkan dengan tanaman pokok yaitu kentang, sehingga diharapkan jumlah populasi awal NSK sedemikian rupa rendah pada waktu tanaman kentang ditanam. Tanaman anggotarotasi harus diusahakan yang memiliki manfaat, baik langsung ataupun tidak langsung.
2.            Pemupukan Berimbang
Berdasarkan hasil penelitian yang sangat ekstensif yang dilakukan
oleh BALITSA dan petugas lapang PHT, maka dapat direkomendasikan patokan pemupukan berimbang pada tanaman kentang adalah (Sastrosiswojo et al. 1993):
-                Pupuk organik 30 ton per ha (20 – 30 ton)
-                Pupuk anorganik urea : 200 kg per ha (200 – 300 kg)
-                Pupuk anorganik ZA : 400 kg per ha (300 – 400 kg)
-                 Pupuk anorganik TSP : 250 kg per ha (250 – 300 kg)
-                Pupuk anorganik KCl : 300 kg per ha (200 – 300 kg)
3.            Pencabutan Tanaman Sakit
Program nasional PHT memasukkan pencabutan tanaman sakit (roguing) sebagai salah satu taktik PHT terhadap tanaman yang menunjukan gejala terserang virus PLRV dan bakteri layu (P. solanacearum). Dalam teknologi PNT, pengendalian dua jenis penyakit tersebut mungkin perlu pula dipertimbangkan bukan hanya pencabutan tanaman sakit, tetapi juga pembongkaran perakaran tanaman dan tanah di sekitar risosfera kentang dan dimusnahkan. Perlu penelitian untuk tindakan tersebut.
4.            Pengendalian Hayati
Dalam bidang nematologi khususnya untuk G. rostochiensis, kemampuan musuh – musuh alami nematoda untuk digunakan dalam pengendalian hayati masih sangat terbatas. Meskipun begitu, beberapa musuh alami NSK telah dikenali, khususnya cendawan yang mampu memarasit telur dan induk seperti Verticillium chlamydosporum,Cylindrocarpon destructans, Acremonium strictum, Fusarium oxysporum, Catenaria auxiliaris, Dactillela oviparasitica dan yang diteliti oleh Jatala et al. (1979) yaitu cendawan Paecilomyces lilacinus. Banyak dilaporkan bahwa musuh – musuh alami nematoda banyak terdapat dalam bahan organik yang telah terdekomposisi, sehingga manipulasi musuh alami tersebut untuk mengendalikan nematoda dapat dilakukan dengan memberikan pupuk organik yang telah terdekomposisi sempurna dalam jumlah dan waktu yang tepat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

biodata Jonas Rivanno Wattimena

......